Angkutan Sekolah


Oleh : Bambang Sutrisno
 

Di pagi hari yang sejuk berselimutkan awan-awan yang sedang berkumpul di puncak bukit yang hijau alami kesejukan hutan rimba yang tiada tara menjulang tinggi bagaikan benteng-benteng yang kokoh memagari desa. Embun-embun yang membasahi dedaunan, pepohonan dan rerumputan serta bunga-bunga yang tersenyum riang menyambut datangnya pagi yang cerah menghampiri dan menyapa. burung-burung pun ikut berkicauan saling bersahut-sahutan di atas ranting-ranting pepohonan dan mengucapkan selamat pagi kepada semua yang melintas di desa yang berada di kaki gunung yang sejuk tersebut.
Namun, di pagi yang penuh dengan kesejukan dan ketenangan itu terdapat rutinitas yang biasa dilakukan oleh penduduk yang ada di desa tersebut. Mereka sibuk dengan perlengkapan yang akan mereka gunakan untuk bertani. Iya, di desa itu mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani atau pekebun. Setiap pagi mereka menelusuri jalan-jalan setapak yang mereka lalui setiap pagi untuk menuju ke masing-masing ladang mereka. Tidak pedli hari masih pagi dan kabut-kabut yang membasahi dedaunan yang terasa dingin hingga menembus tulang belulang. Akan tetapi hal itu tidak menyurutkan semangat mereka untuk menerobos kabut-kabut untuk mencari sesuap nasi demi kelangsungan hidup mereka dan anak cucu mereka.
Di samping aktifitas yang penuh dengan kesibukan masing-masing, terlihat seorang pemuda separuh baya yang menggunakan seragam rapi dengan menggendong tas. pagi itu ia berangkat dari rumahnya dengan penuh semangat, harapan dan cita-cita yang terlintas di benah pemuda itu. Pemuda itu bernama sutrisno atau sering dipanggil dengan sebutan tris atau sutris. Setiap pagi sutris menaiki mobil angkutan kijang pikup yang mengantar sutris dan semua anak sekolah yang ada di beberapa desa di kaki gunung itu. Dengan langkah yang penuh semangat sutrispun menuju kerumah dodi. Dodi adalah salah satu teman sutris yang biasa menunggu sutris di depan rumah untuk pergi ke sekolah bersama-sama. Seperti biasa setibanya sutris di depan rumah dodi, dodi telah menunggu dengan tangan ditopangkan ke dagu dan duduk di bawah pohon cemara yang telah cukup tua yang ada di depan rumahnya itu, melihat dodi di situ lalu sutrispun menyapa
“hai…. Dot, uda lama nunggu..?”
“enggak jugak, akupun tadi baru selesai makan terus duduk-duduk di sini…”
Sambil berjalan menuju sutris. Lalu sutrispun mengajak dodi untuk pergi
“yookk…! pigi ta… nanti ketinggalan mobil”
“ yok lah… nanti tunggu aku kalau pulang ya?” sutris pun menjawab sambil meledek
“ ia… gampang tu, tok ke apaken yang enggak jangankan nunggu kamu, kalau kamu suruh tinggal kamu pun di sekolah aku mau. He… he…he…” dodi pun tertawa sehingga suasana pada hari itu jadi lebih bersemangat, lalu merekapun berjalan bersama. Sesampainya di tempat, ternyata mobil angkot yang menjemput mereka udah sampai, dan teman-teman mereka sudah pada naik semua. Sutris dan dodi melihat angkot itupun mulai berjalan. Dengan perasaan panik merekapun mengejar mobil angkot tersebut dan berteriak
“heiii…..! tungguuu….!” dengan tangan mereka melambai kedepan. Namun seolah angkot itu tidak memperdulikan mereka. Angkot itupun terus berjalan meninggalkan mereka, akan tetapi rita salah satu dari teman mereka yang ada di angkot melihat sutris dan dodi sedang berlarian mengejar angkot itu. Dan iapun memberitahu pada teman-teman yang ada di ankot
“heh… tu dodi dan sutris ketinggalan” dengan tangan menunjuk kearah dodi dan sutris. lalu semua nya menoleh memindahkan pandangan kearah dodi dan sutris lalu merekapun berteriak
“pak….pakkk…! berhentiiii……! ,sutris dan dodi ketinggalan…!”
Mobil itupun mengerem dan menunggu mereka berhenti dan pada ahirnya dodi dan sutris pun naik ke angkot tersebut. Dengan napas yang terengah-engah merekapun duduk di sudut pintu masuk dengan pandangan saling berhadapan antara penumpang satu dengan yang lainya. Dengan memegang kerah baju dan mengipas-ngipaskannya agar terasa lebih sejuk.
“huh…! Capek….” dodi sambil menoleh kepada teman-temannya yang berada satu angkot tersebut. Rita yang tadinya melihat mereka berlarian meledeki mereka
“hei … enak ke tris?” Tanya rita
“apanya enak capek tauk.. ku kira uda ketinggalan untung aja….”
“ahh…. Masaan cowok ngeluh tu aja. Itung-itung olah raga pagi kan kalian gak pernah olah raga… ya gak?” dengan bibir yang agak naik dan penuh dengan senyuman yang memukau. Lalu dodik menyambung pembicaraan itu dengan wajah sewot
“ia olah raga… olah raga kejar angkutan umum…”
“ha… ha…ha… gak masalah entar biar tambah sehat gak kurus seperti itu biar tambah daging sikit” rita meneruskan
“ia…. Daging lembu tu enak di rendang…”
Sementara itu sutris pun gak mau kalah iapun melanjutkan pembicaraan itu dengan memberi pertanyaan yang berupa teka teki yang sangat popular namun penuh dengan alasan dan logika kepada teman-teman yang ada di dalam angkot tersebut.
“eh ngomong-ngomong soal lari, ne da pertanyaan tuk kalian semua”
“apa tu..tris ?” rita bertanya
“gimana caranya kita mengetahui kalau pesawat yang terbang itu penuh atau tidak penumpangnya?”
“ya pesawat itu terbangnya lambat karna beban yang di bawanya berat namun kalau bebanya sedikit maka pesawat itu terbangnya cepat” rita menjawab dengan pedenya
“kalau kamu gimana dot ?”
“ya sama dengan rita lah”
“yahhh…. Sayang sekali anda belum beruntung jawaban kalian salah semua”
“kok salah..? mang jawabannya apa ?”
“ ia ne jawabannya pernah liat mobil dan kereta api gak ?”
“pernah…”
“nah kalau pernah kan kalian liat kan kalau mobil penuh orangnya pada bergelantungan namun kalau tidak mereka di dalam semua nahh….. gitu juga dengan pesawat…! Yakan”
“ia… menurut ke..” tebak-tebakan itu terus berlangsung merekapun memberikan pertanyaan yang terus menerus dengan jawaban yang berbeda beda dan alasan yang berbeda pula. Sehingga suasana yang ada di angkot tersebut menjadi riuh dan penuh dengan gelak tawa, hingga sampai kesekolah. Sesampainya di sekolah merekapun turun satu persatu dengan membayar ongkos lalu mereka menuju ke sekolah. Hari itu hari senin seperti biasa setiap hari senin di sekolah tersebut mengadakan apel upacara bendera. Pada hari itu sutris menjadi salah satu dari petugas upacara bendera sutris di tugaskan sebagai pengibar bendera bersama kedelapan siswa lainya. Sutris menuju kekelas untuk menaruk tas bawaannya dan menuju kelapangan, sutris dan siswa-siswa yang bertugas sebagai petugas upacara hadir lebih awal sebelum upacara bendera dimulai.
Tidak lama setelah itu sutris dan semua siswa sudah pada hadir dan menuju kelapangan untuk mengikuti apel upacara bendera sutris dan siswa lainpun yang bertugas mengangambil tempat dan posisi serta tugasnya masing-masing. Upacara benderapun di mulai di halaman sekolah itu, apel upacara bendera itu berlangsung dengan hikmat dan teratur hingga upacara selesai. Selesai upacara bendera mereka menuju keruangan mereka masing-masing, sesaat setelah upacara selesai datang seorang sosok yang menggunakan seragam lenkap dengan atribut dengan membawa buku di tangan kanannya dan memasuki ruangan mereka
“asalamuallaikum….” Ia menyapa para siswa yang ada di dalam ruangan tersebut, tidak lain ia adalah guru kelas yang akan mengisi pelajaran para siswa di ruangan tersebut.
“waalaikum salam….” Jawab siswa serentak. Lalu proses belajar mengajar di ruangan itupun berjalan hingga ahir.
Mata hari telah berada di atas kepala dan suasana di ruangan itupun sudah semangkin meredup dengan suasana panas yang menghapiri setiap siswa yang ada di ruangan tersebut.
“ tett…. tett… tett…tetttttttt……..” terdengar suara bel panjang yang menandakan proses belajar mengajar di sekolah itupun berahir. Dan para siswa tampak meninggalkan sekolah dan kembali ke rumahnya masing-masing. Sementara itu sutris yang sudah merasa lelah iapun berjalan pulang. Seperti biasa angkot yang menjemput merekapun telah menunggu di simpang yang tidak jauh dari sekolah mereka. Dalam perjalanan pulang sutris berhenti sejenak di sebuah pos satpam yang ada di sebelah pintu gerbang sekolahnya untuk menunggu dodi. Sambil menatap kosong ke depan kea rah air pancur yang ada di kolam di sekolah mereka tersebut. Tidak lama dari itu dodipun tiba dan menghampiri sutris
“heii….! Melamun aja….yok pulang…?” sambil menarik tagan sutris. Sutrispun beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri dodi dan merekapun menuju berjalan bersama menuju ke angkot yang telah menunggu mereka. Merekapun ahirnya sampai di angkot dan naik bersama teman-teman yang lainnya. Dan angkot itupun mulai berjalan untuk mengantar mereka pulang kerumah mereka masing-masing. Sesampainya di desa mereka sutris dan dodipun turun dan membayar ongkos angkot lalu angkot itu pun kembali berjalan menuju kampong berikutnya. Sementara itu sutris dan dodi berjalan menuju kerumah mereka masing-masing, sesampainya di depan rumah dodi, dodipun berbelok dan mengajak sutris mampir
“yok.. berenti dulu tris…?” ajak dodi sambil menuju pelataran rumahnya
“terimakasih.. dot lain kali ja… udah siang ne…”
“ya uda kalau gitu…. Hati- hati ya..?” dodipun menuju ke rumahnya
“ia… makasihh….” Sutrispun berjalan sendirian menuju kerumah, sesampainya di rumah sutrispun menuju ke kamar menaruh tasnya di laci dan mengganti pakayannya. Setelah ganti seperti biasa setelah ganti dan makan sutrispun pergi menuju keladang untuk menunyusul ayahnya dan membantunya bekerja. Di ladang sutrispun melihat ayahnya yang sedang bekerja mencangkuli tanah untuk di buat galongan (gundukan tanah yang dibuat memanjang yang digunakan untuk menanam sayuran, cabai dan sebagainya), melihat ayahnya belum selesai bekerja sutrsipun menuju ke gubug yang tidak jauh dari tempat kerja dan mengambil cangkul lalu menuju ke tempat ayagnya bekerja. Sutrispun mulai mencangkul tanah perlahan-lahan hingga membentuk galongan. Keseharian sutris jika waktu luang dan hari libur ia hanya berladang membantu orang tuanya. Namun, hal itu tidak membuat ia berkehilangan semangat dan berputus asa, ia merasa senang dengan apa yang ia lakukan dan ia kerjakan itu. Sebab ia sadar ia bukan lah berasal dari keluarga yang mampu hidup yang serba berkecukupan.
Hari semangkin sore mataharipun telah menuju ke barat dan galongan sudah berbaris rapi. Pekerjaan yang sempurna yang dilakukan dengan penuh semangat, lalu sutrispun mengajak ayahnya pulang
“pak…! Udah pulang yok….?”
“ ya… tunggu bentar…. Bapak taruk cangkul dulu….!”
Sambil berjalan dan meletakkan cangkul di gubuk lalu merekapun pulang ke rumah mereka. Sesampainya di rumah sutris pun mengambil anduk dan menuju ke kamar mandi ia pun menyirami dirinya dengan air hingga tubuh sutris terasa segar. Setelah mandi iapun menuju kerumah dan mengenakan pakayan yang ia miliki.
Hari telah gelap mata haripun telah tenggelam di ufuk barat sutrispun menuju ke kamarnya dan membuka laci lalu mengambil tas dan mengeluarkan seuntasbuku dan sebartang pena, iapun mengulang pelajaran yang ia dapat kan sewaktu di sekolah tadi pagi. Hingga ahirnya malampun semangkin gelap dan sutrispun telah merasa lelah lalu ia mengahiri belajarnya dan mengambalikan buku ketempat semula. Sutrispun menuju ke ranjang yang berada tidak jauh dari meja belajarnya. Lalu arispun membaringkan dirinya dan menutupi tubuhnya dengan selimut yang tebal dan menghangatkan tubuhnya. Sutrispun ber istirshat untuk menjalani hari esok yang masih panjang. Malampun semangkin berlarut dan pemuda itupun telah lelap dengan di temani selimut yang menghangati tubuhnya dan suara jangkrik membuat suasana malam semangkin beku.

note: Bambang Sutrisno, adalah mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unsyiah. 

0 komentar:

Posting Komentar