Oleh : Bambang
Sutrisno
Angin
dingin menghembus dengan sayu hingga menembus tulang belulang yang semakin
rapuh dan membuat suasana semangkin dingin membeku telah meninggalkan malam
yang penuh dengan ketenangan dan mimpi-mimpi yang indah pada setiap orang.
Suasana yang memang sesuai untuk memejamkan mata dan berbaring di sebuah
ranjang yang beralaskan kasur yang lembut dan selimut yang tebal. Sehingga kita
tidak menyadari bahwa malam telah berlalu, di balik selimut dan kasur yang
menghangatkan diriku terdengar suara azan yang berasal dari musala yang tidak
jauh dari tempat saya tinggal untuk membangunkan seluruh masyarakat yang ada di
desaku untuk menunaikan solat pardu subuh melintas terngiang-iang di telinagku.
Namun, diriku tak menghiraukannya, ku tarik selimut dan kugulung hingga badanku
tertutup rapat oleh selimut dan menghangatkan tubuhku.
langkah
seseorang yang menghampiri kamarku dan langkah itupun semangkin mendekat dan
membuka pintu kamarku yang tidak aku kunci. Langkah itu tidak berhenti begitu
saja ia terus menuju ke ranjang tempat tidurku. Tiba-tiba terdengar suara yang
tidak asing lagi bagi diriku
“
Bang…. Bang…. Bagun udah pagi….”
“
Ia…..” aku menjawab lirih dengan suara rada-rada serak tak karuan.
“ Cepat…
udah mau pagi…. Dasar malas… cepat solat suruh mamak…., Bangun….”
Ia, itu
adalah adik ku yang membangunkan aku dari tidur. Adik ku terkenal bawel dan
tidak mau kalah namun ia sangat baik, Ia selalu membanguni ku dan membereskan
kamar aku yang selalu berantakan setiap pagi entah kalau tidak ada dia mungkin
aku selalu telat bangun dan kamar ku selalu berantakan. Yasih malas, soalnya
udaranya dingin sih kan enak tuk tidur yakan…? sementara itu saya bangun dan
terus menuju kekamar mandi yang hanya di batasi dengan plastic terpal setengah
badan disitulah aku dan keluargaku mandi, mencuci dan lainnya yang atifitas
yang berhubungan dengan air. Memang tidak mewah seperti di kota-kota besar yang
memiliki kamar mandi yang lumayan bagus. Ya itulah desaku yang kehidupannya
sangat sederhana jauh dari kebisingan kota yang penuh dengan ranjau-ranjau
kemewahan. wau… udara di pagi itu sangat dingin apalagi di saat aku menyentuh
air rasanya malas untuk melakukan aktifitas apapun di pagi itu. Namun hal itu
telah menjadi kebiasaanku, aku pun membasuh muka dan mengambil air wudu dan
menuju ke dalam rumah untuk menunaikan shalat subuh.
Sementara
itu ibu dan adik ku sedang bersiap siap di dapur untuk memasak dan menyayur
serta membuat berbagai macam kuih yang akan di bawa ke menasah. Ya menasah,
sebab hari itu ada suatu acara yang di peringati masyarakat di desaku dan
seluruh umat muslim di ber bagai daerah dan belahan dunia setiap tahunnya yakni
maulid nabi. Di desaku maulid nabi di laksanakan di satu tempat yakni di
menasah atau tempat ibadah yang ada di desa ku. Memang ber beda mungkin dengan
daerah lain kami melakukannya di suatu tempat. Di menasah tersebut seluruh
masyarakat berkumpul dan membawa berbagai macam hidangan yang di bawa oleh
masing masing keluarga dan di kumpulkan dalam satu tempa dan nantinya akan di
santap bersama-sama.
Selesai aku
menunaikan shalat akupun menuju ke dapur dan membantu adik dan ibuku untuk
memasukan makanan yang telah di persiapkan ke dalam rantang-rantang yang
kosong. Mata hari telah terbit dari ufuk timur membawa suasana hangat dan
kesejukan yang penuh dengan ketenangan desa yang asri. Akupun bergegas untuk
beranjak dari tempat dudukku dan mengambil pakayanku yang ku anggap layak di
pakai dan memakai wewangian yang lumayan bermerek sih yakni Casablanca bermerek
kan…? Akupun pergi menuju kemenasah dengan tidak lupa akupun berpamitan dengan
ibuku. Lalu akupun menuju ke menasah, Sesampainya di menasah aku berjumpa dengan
teman-temanku yang telah duluan datang ke menasah. Seperti biasa sebagai
generasi muda di desa itu aku pun bersama-sama untuk membantu mempersiapkan
acara yang akan di lakukan di menasah itu. Dengan tugas yang berbeda-beda yakni
para pemudanya mempersiapkan berbagai keperluan seperti mengangka piring dari
salah satu rumah warga dimana di tempat itu seluruh warga menaruh berbagai
perlengkapan untuk acara seperti pesta dan sebagainya atau dikenal dengan
persatuan. Di sana kami mengangkat piring untuk di bawa kemenasah sementara itu
para pemudinya mempersiapkan tempat untuk menghias atau menata tempat.
Mata hari
semangkin menampakkan dirinya segala aktifitas telah selesai dan wargapun sudah
mulai berdatangan satu persatu ke menasah untuk memperingati hari tahunan itu.
Dan selang beberapa saat kemudian acarapun di mulai dengan pertama-tama dibuka
dengan salam dan kata sambutan dari kepala desa dan dilanjutkan dengan tausiah
singkat atau ceramah oleh imam desa atau undangan yang di datangkan dari suatu
daerah atau biasanya didatang kan dari pesantren yang ada di kecamatan atau
kabupaten kami yang terdekat. Selesai mendengarkan tausiah singkat yang
disampaikan oleh penceramah lalu di susul dengan doa bersama selesai berdoa
baru di susul dengan acara makan bersama yang menjadi acara puncak dari
peringatan itu. Masing masing keluarga atau masyarakat mengumpulkan bawaannya
untuk di bagikan dan di santap bersama-sama. Pada saat itu para pemuda dan
pemudi berperan aktif untuk membagi hidangan ke dalam piring dan membagikan
kepada masayarakat yang hadir pada saat itu. Lalu hidangan yang di sajikan di
santap bersama-sama dengan senyuman dan kegembiraan yang tak terkirakan oleh
mereka. Sementara itu untuk anak-anak yang hadir pada saat itu sudah di
sediakan yang telah dibungkus rapi dengan daun pisang yang tidak kalah
nikmatnya dengan yang telah dihidangkan.
Walau
terbilang sederhana namun yang paling penting dalam hal ini adalah keiklasan
dan kebersamaan yang dilakukan oleh masyarakat desa ku serta rasa tenggang rasa
yang tinggi. Disana tidak memandang miskin ataupun kaya, tua ataupun muda yang
ada hanya kebersamaan dan mereka sejenak melupakan hiruk pikuk kehidupan untuk
bekumpul dan makan bersama. Selesai makan dan menyantap hidangan yang di
berikan acarapun usai dan di tutup dengan salam pula. Dan para warga kembali ke
rumah masing-masing dengan membawa rantang kosong yang isinya telah di bagikan
dan di santap bersama dengan perasaan yang lega serta senyuman yang ikhlas.
Sementara
itu aku dan para muda-mudi belun pulang, kami harus membereskan menasah para
pemudanya mengangkatin piring dan para pemudinya mencuci di bak menasah yang
ada di sekitar menasah tersebut. Setelah semuanya selesai aku dan pemuda-pemudi
lainnya mengembalikan piring dan perlengkpan lain ke tempat semula kami
mengambil. Setelah tugas selesai kamipun semua kembali kerumah masing masing
dan suasana di desa kamipun menjadi hening seperti semula.
Sesampainya
di ruamah aku menuju kursi kayu yang ada di depanrumah saya yang berada tepat
di bawah batang jeruk, sementara itu ibu dan adik saya telah sampai keruamah
lebih awal dari aku. Akupun bersandar di kursi kayu dan memandang jauh kedepan
memandang pepohonan dan gunung-gunung yang menjulang tinggi mengagumi keindahan
yang diciptakan oleh yang maha kuasa yang menguasai alam jagad raya beserta
isinya yang penuh dengan keindahan dan panorama yang hijau menyejukkan mata dan
melepas kelelahan yang telah aku lakukan tadi dan melakukan kegiatan serta
aktifitas yang akan dijalani nanti kedepan hingga hari esok yang tidak pasti.
- Note :Bambang Sutrisno adalah mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unsyiah.
0 komentar:
Posting Komentar